Thursday, August 9, 2012

08 - Di Hadapan Sanhedrin


Adalah salib, alat untuk mempermalukan dan penganiayaan, yang membawa pengharapan dan keselamatan kepada dunia. Murid‑murid adalah orang‑orang yang sederhana, tanpa kekayaan, dan tanpa senjata kecuali sabda Allah; namun dalam kekuatan Kristus mereka pergi untuk memberitahukan cerita yang ajaib tentang palungan dan salib, dan kemenangan atas segala pertentangan. Tanpa kehormatan atau pengenalan duniawi, mereka adalah pahlawan‑pahlawan iman. Dari bibir mereka keluarlah perkataan kefasihan Ilahi yang menggoncangkan dunia.
Di Yerusalem, di mana prasangka yang paling dalam itu ada, dan di mana kebanyakan buah pikiran yang kacau berlaku dalam hal Dia yang telah disalibkan sebagai penjahat, murid‑murid meneruskan untuk berbicara dengan keberanian perkataan kehidupan, menempatkan di depan orang‑orang Yahudi pekerjaan dan misi Kristus, penyaliban, kebangkitan, dan kenaikan‑Nya. Imam‑imam dan penguasa‑penguasa mendengar dengan keheranan kesaksian yang jelas dan berani dari rasul‑rasul. Kuasa dari Juruselamat yang sudah bangkit sesungguhnya telah berlaku kepada murid‑murid, dan pekerjaan mereka telah disertai dengan tanda‑tanda dan mukjizat‑mukjizat yang setiap hari menambah jumlah orang‑orang percaya. Di sepanjang jalan di mana murid‑murid akan lalu, orang banyak membaringkan orang sakit "di atas balai‑balai dan tilam, supaya apabila Petrus lewat, setidak‑tidaknya bayangannya mengenai salah seorang dari mereka." Di sini juga dibawa orang‑orang yang diganggu oleh roh jahat. Orang banyak berkumpul sekeliling mereka dan mereka yang disembuhkan berseru dengan puji‑pujian kepada Allah dan memuliakan nama Penebus.
Imam‑imam dan penguasa‑penguasa melihat Kristus dipuja lebih dari mereka. Sementara orang‑orang Saduki, yang tidak percaya akan kebangkitan, mendengar rasul‑rasul menyatakan bahwa Kristus telah bangkit dari antara orang mati, mereka amat marah, menyadari bahwa kalau rasul‑rasul dibiarkan untuk mengkhotbahkan tentang Juruselamat yang sudah bangkit, dan melakukan mukjizat dalam nama‑Nya, doktrin bahwa tidak akan ada kebangkitan akan ditolak oleh semua orang, dan sekte orang‑orang Saduki tidak lama lagi akan punah. Orang‑orang Farisi amat marah bila mereka melihat bahwa kecenderungan pengajaran murid‑murid adalah untuk meruntuhkan upacara‑upacara orang Yahudi, dan mengadakan upacara‑upacara pengorbanan yang tidak berarti.
Sampai sekarang segala usaha untuk menekan pengajaran yang baru ini telah sia‑sia; tetapi sekarang baik orang‑orang Saduki maupun orang‑orang Farisi mengambil keputusan bahwa pekerjaan murid‑murid harus dihentikan, karena hal itu membuktikan bahwa mereka bersalah karena kematian Yesus. Dipenuhi dengan kemarahan, imam‑imam menangkap Petrus dan Yohanes, dan memasukkannya ke dalam penjara.

Para pemimpin bangsa Yahudi telah gagal memenuhi maksud Allah untuk umat pilihan‑Nya. Mereka yang telah dijadikan Allah tempat penyimpanan kebenaran telah terbukti tidak setia kepada kepercayaan mereka, dan Allah memilih orang‑orang lain untuk melakukan pekerjaan‑Nya. Dalam kebutaan mereka para pemimpin ini sekarang melampiaskan pengaruh yang mereka sebut perang kebenaran terhadap seorang yang mengesampingkan doktrin yang mereka sayangi. Mereka tidak mengakui walaupun kemungkinan bahwa mereka sendiri tidak mengerti dengan benar perkataan itu atau mereka telah salah mengerti atau salah menggunakan Kitab Suci. Mereka bertindak seperti manusia yang telah kehilangan akal. Hak apa ada pada guru‑guru ini, mereka berkata, beberapa dari mereka hanyalah nelayan, mengemukakan buah pikiran yang berlawanan dengan doktrin yang telah kita ajarkan kepada orang banyak? Mengambil keputusan untuk menekan ajaran dari buah pikiran ini, mereka memenjarakan orang‑orang yang telah mengemukakan hal‑hal itu.
Murid‑murid tidak tertekan atau tunduk oleh perlakuan ini. Roh Kudus membawa pikiran mereka kepada perkataan yang diucapkan oleh Kristus: "Seorang hamba tidaklah lebih tinggi daripada tuannya. Jika mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan menganiaya kamu; jika mereka telah menuruti firman‑Ku, mereka juga akan menuruti perkataanmu. Tetapi semuanya itu akan mereka lakukan terhadap kamu karena nama‑Ku, sebab mereka tidak mengenal Dia, yang telah mengutus Aku." "Kamu akan dikucilkan, bahwa akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah." "Tetapi semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya apabila datang saatnya kamu ingat, bahwa Aku telah mengatakannya kepadamu." Yohanes 15:20, 21: 16:2, 4 lihat Alkitab.
Allah yang di surga, Penguasa yang berkuasa semesta alam, mengambil perkara pemenjaraan murid‑murid ke dalam tangan‑Nya sendiri, karena manusia sedang berperang melawan pekerjaan‑Nya. Pada waktu malam malaikat Tuhan membuka pintu dan berkata kepada murid‑murid, "Pergilah, berdirilah di Bait Allah beritakanlah seluruh firman hidup itu kepada orang banyak." Perintah ini secara langsung berlawanan dengan pesanan yang diberikan oleh penguasa‑penguasa orang Yahudi; tetapi rasul‑rasul mengatakan, Kami tidak bisa melakukan hal ini sampai kami telah minta nasihat dari hakim dan menerima izin dari mereka. Tidak; Allah mengatakan, "Pergilah," dan mereka menaati. "Masuklah mereka ke dalam Bait Allah, lalu mulai mengajar di situ."
Waktu Petrus dan Yohanes kelihatan di antara orang‑orang percaya dan menceritakan bagaimana malaikat telah memimpin mereka dengan langsung melalui sekelompok serdadu‑serdadu penjara meminta mereka untuk meneruskan pekerjaan yang telah dihentikan, saudara‑saudara itu dipenuhi dengan keheranan dan kegembiraan.
Dalam pada itu imam besar dan mereka yang beserta dengan‑dia telah "menyuruh Mahkamah Agama berkumpul, yaitu seluruh majelis, tua‑tua bangsa Israel." Imam‑imam dan penguasa‑penguasa telah mengambil keputusan untuk menuduh murid‑murid atas tuduhan pemberontakan, menuduh mereka telah membunuh Ananias dan Safira, dan mereka bersekongkol untuk menghilangkan kekuasaan imam‑imam. Mereka berharap demikian untuk membangkitkan orang banyak sehingga hal itu akan berada di tangannya dan berhubungan dengan murid‑murid sebagaimana hal itu berhubungan dengan Yesus. Mereka sadar bahwa banyak orang yang tidak menerima ajaran Kristus adalah lelah terhadap peraturan sewenang‑wenang dari kekuasaan Yahudi dan rindu mengadakan beberapa perubahan. Imam‑imam khawatir bahwa kalau orang‑orang yang tidak merasa puas ini akan menerima kebenaran yang dimasyhurkan oleh rasul‑rasul, dan harus mengakui Yesus sebagai Mesias, kemarahan orang banyak akan timbul terhadap pemimpin-pemimpin agama, yang dapat dijadikan untuk menjawab pertanyaan atas kematian Kristus. Mereka mengambil keputusan untuk bertindak tegas kepada yang hendak menghalangi hal ini.

Apabila mereka meminta untuk membawa orang‑orang tahanan itu ke hadapan mereka, keheranan mereka amat sangat karena kata‑kata yang dibawa kembali, bahwa pintu‑pintu penjara terkunci rapat, dan para pengawal tegak berdiri di hadapan mereka, tetapi orang‑orang tahanan itu tak didapati di mana pun.
Dengan segera laporan yang mengagetkan datang, "Lihatlah, orang‑orang yang telah kamu masukkan ke dalam penjara, ada di Bait Allah, dan mengajar orang banyak. Maka pergilah kepala pengawal serta orang‑orangnya ke Bait Allah, lalu mengambil kedua rasul itu, tetapi tidak dengan kekerasan, karena mereka takut, kalau‑kalau orang banyak melempari mereka."
Meskipun rasul‑rasul dengan cara yang ajaib dilepaskan dari penjara, mereka tidak bebas dari ujian dan hukuman. Kristus telah berkata ketika Ia berada dengan mereka, "Tetapi kamu ini, hati‑hatilah! Kamu akan diserahkan kepada majelis agama." Markus 13:9. Oleh mengirim seorang malaikat untuk melepaskan mereka, Tuhan telah memberikan kepada mereka tanda kasih‑Nya dan jaminan kehadiran‑Nya. Adalah bagian mereka untuk menderita bagi Seorang yang Injilnya sedang mereka khotbahkan.
Dalam sejarah nabi‑nabi dan rasul‑rasul, banyak contoh yang mulia tentang kesetiaan kepada Allah. Saksi‑saksi Kristus telah mengalami sendiri siksaan, dan‑kematian, daripada melanggar hukum Allah. Catatan yang ditinggalkan oleh Petrus dan Yohanes adalah sama gagah beraninya sebagaimana dalam dispensasi Injil. Sementara mereka berdiri untuk yang kedua kali di hadapan manusia yang tampaknya cenderung pada kebinasaan mereka, tak ada rasa takut atau ragu‑ragu yang dapat dilihat dalam perkataan atau sikap mereka. Dan waktu imam besar berkata, "Dengan keras kami melarang kamu mengajar dalam Nama itu. Namun ternyata, kamu telah memenuhi Yerusalem dengan ajaranmu dan kamu hendak menanggungkan darah Orang ini kepada kami." Petrus menjawab, "Kita harus lebih taat kepada Allah daripada kepada manusia. "Adalah seorang malaikat dari surga yang melepaskan mereka dari penjara dan meminta kepada mereka untuk mengajar di bait suci. Dalam menurut perintahnya mereka menaati perintah Ilahi ini, dan hal ini mereka harus teruskan walau apa pun yang akan terjadi.
Lalu ilham roh datang kepada murid‑murid; yang tertuduh menjadi si penuduh, menuduh pembunuhan Kristus ke atas mereka yang membentuk rapat itu. "Allah nenek moyang kita telah membangkitkan Yesus," Petrus menyatakan, "yang kamu gantungkan pada kayu salib dan kamu bunuh. Dialah yang telah ditinggikan oleh Allah sendiri dengan tangan kanan‑Nya menjadi Pemimpin dan Juruselamat, supaya Israel bertobat dan menerima pengampunan dosa. Dan kamilah menjadi saksi dari segala sesuatu itu, kami dan Roh Kudus, yang dikaruniakan Allah kepada semua orang yang menaati Dia."
Begitu marahnya orang‑orang Yahudi atas perkataan ini sehingga mereka mengambil keputusan untuk menghukum mereka tanpa persetujuan selanjutnya, atau tanpa kuasa dari pegawai‑pegawai Roma, membunuh orang‑orang tahanan itu. Sudah bersalah dengan darah Kristus, mereka sekarang rindu menodai tangan mereka dengan darah murid‑murid‑Nya.
Tetapi dalam rapat itu ada seorang yang mengakui suara Allah dalam perkataan yang diucapkan oleh murid‑murid. Inilah Gamaliel, seorang Farisi yang mempunyai nama yang baik dan seorang yang terdidik dan berkedudukan tinggi. Kecerdasan inteleknya menunjukkan bahwa langkah yang keras yang direnung‑renungkan oleh imam‑imam akan memimpin kepada akibat yang mengerikan. Sebelum menyapa mereka yang hadir, ia minta orang‑orang tahanan itu dipindahkan. Ia mengetahui benar unsur‑unsur yang harus dihadapinya; ia mengetahui bahwa pembunuh‑pembunuh Kristus tidak akan ragu‑ragu untuk menjalankan maksud mereka.

Kemudian ia berbicara dengan penuh kebebasan dan ketenangan katanya: "Hai orang‑orang Israel, pertimbangkanlah baik‑baik, apa yang hendak kamu perbuat terhadap orang‑orang ini! Sebab dulu telah muncul si Teudas, yang mengaku dirinya seorang istimewa dan ia mempunyai kira‑kira empat ratus orang pengikut; tetapi ia dibunuh dan tercerai‑berailah seluruh pengikutnya dan lenyap. Sesudah dia, pada waktu pendaftaran penduduk, muncullah si Yudas, seorang Galilea. Ia menyeret banyak orang dalam pemberontakannya, tetapi ia juga tewas dan cerai‑berailah seluruh pengikutnya. Karena itu aku berkata kepadamu. Janganlah bertindak terhadap orang‑orang ini. Biarkanlah mereka, sebab jika maksud dan tujuan mereka berasal dari manusia, tentu akan lenyap, tetapi kalau berasal dari Allah, kamu tidak akan dapat melenyapkan orang‑orang ini; mungkin ternyata juga nanti, bahwa kamu melawan Allah."
Imam‑imam melihat semua pandangan yang masuk akal, dan terpaksa setuju dengan Gamaliel. Namun demikian prasangka dan kebencian mereka tidak dapat ditahan. Dengan amat segan, sesudah memukul murid‑murid dan menuduh mereka kembali dengan risiko kehidupan mereka sendiri untuk tidak lagi mengkhotbahkan dalam nama Yesus, mereka melepaskan mereka. "Rasul‑rasul itu meninggalkan sidang Mahkamah Agama dengan gembira, karena mereka telah dianggap layak menderita penghinaan oleh karena Nama Yesus. Dan setiap hari mereka melanjutkan pengajaran mereka di Bait Allah dan di rumah‑rumah orang dan memberitakan Injil tentang Yesus yang adalah.
Tidak lama sesudah penyaliban‑Nya, Kristus telah menganugerahkan kepada murid‑murid‑Nya suatu warisan damai. "Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera‑Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu. " Damai ini bukannya damai yang datang dari persesuaian dengan dunia. Kristus tidak pernah membeli damai oleh kompromi dengan kejahatan. Damai yang ditinggalkan Kristus kepada murid‑murid‑Nya adalah dari dalam lebih daripada di luar dan selamanya akan tinggal dengan saksi‑saksi‑Nya melalui pergumulan dan pertikaian. Kristus mengatakan tentang diri‑Nya sendiri, "Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang." Matius 10:34. Raja Damai, namun Ia adalah penyebab perpisahan. Ia yang datang untuk memasyhurkan kabar yang gembira dan untuk menciptakan pengharapan dan kesukaan dalam hati anak‑anak manusia, membuka suatu persengketaan yang membakar dalam dan membangkitkan nafsu yang hebat di dalam hati manusia. Dan Ia mengamarkan pengikut‑pengikut‑Nya: "Dalam dunia kamu menderita penganiayaan." "Tetapi sebelum semuanya itu kamu akan ditangkap dan dianiaya; kamu akan diserahkan ke rumah‑rumah ibadat dan penjara‑penjara, dan kamu akan dihadapkan kepada raja‑raja dan penguasa‑penguasa oleh karena nama‑Ku." "Dan kamu akan diserahkan juga oleh orangtuamu, saudara saudaramu, kaum keluargamu dan sahabat‑sahabatmu dan beberapa orang di antara kamu akan dibunuh." Yohanes 16:33; Lukas 21:12, 16.

Nubuatan ini telah digenapi dengan cara yang nyata. Setiap kemarahan, celaan, dan kekejaman yang dapat diberikan oleh Setan untuk menipu manusia, telah didatangkan ke atas pengikut‑pengikut Yesus. Dan sekali lagi hal itu akan digenapi secara nyata; karena hati daging masih bermusuhan dengan hukum Allah, dan tidak akan tunduk kepada perintah itu. Dunia ini tidak lagi harmonis dengan prinsip‑prinsip Kristus dewasa ini daripada waktu rasul‑rasul. Kebencian yang sama mendorong seruan, "Salibkan Dia, salibkan Dia!" Kebencian yang sama yang memimpin kepada penganiayaan murid‑murid, masih bekerja pada anak‑anak yang tidak taat. Roh yang sama yang dalam Zaman Kegelapan mengasingkan pria dan wanita ke dalam penjara, ke dalam pembuangan, dan ke dalam kematian, yang melihat aniaya yang hebat dari Peneliti, yang merencanakan dan menjalankan pembunuhan St. Bartolomeus, dan menyalakan api dari Smithfield, masih tetap bekerja dengan maksud jahat dalam hati yang tidak mungkin berubah lagi. Sejarah kebenaran sudah tercatat menjadi pergumulan antara yang benar dan salah. Proklamasi Injil telah disampaikan ke dunia ini menghadapi pertentangan, bahaya, kehilangan, dan penderita.
Apakah kekuatan mereka yang telah menderita penganiayaan untuk nama Kristus pada waktu yang silam? Itulah persatuan dengan Allah, persatuan dengan Roh Kudus, persatuan dengan Kristus. Celaan dan aniaya telah memisahkan banyak orang dari sahabat‑sahabat duniawi, tetapi tidak pernah dari Kasih Kristus. Tidak pernah jiwa yang diserang dengan pencobaan lebih dikasihi oleh Juruselamatnya daripada bila menderita celaan karena kebenaran. "Aku pun akan mengasihi dia," Kristus berkata, "dan akan menyatakan diriku kepadanya" Yohanes 14:21. Bila untuk kepentingan kebenaran umat percaya berdiri di hadapan pengadilan dunia, Kristus berdiri di sampingnya. Bila ia dikurung di dalam dinding penjara, Kristus menyatakan diri‑Nya kepadanya dan menggembirakan hatinya dengan kasih‑Nya. Bila ia menderita kematian untuk nama Kristus, Juruselamat mengatakan kepadanya, Mereka dapat membunuh tubuh, tetapi mereka tidak dapat melukai jiwa. "Kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia." Yohanes 16:33: "Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan‑Ku yang membawa kemenangan." Yesaya 41:10.
"Orang‑orang yang percaya kepada Tuhan adalah seperti gunung Sion yang tidak goyang, yang tetap untuk selama‑lamanya. Yerusalem, gunung‑gunung sekelilingnya; demikianlah Tuhan sekeliling umat‑Nya, dari sekarang sampai selama‑lamanya." "Ia akan menebus nyawa mereka dari penindasan dan kekerasan, darah mereka mahal di matanya." Mazmur 125:1‑2; 72:14.
"Tuhan semesta alam akan melindungi mereka . . . Tuhan, Allah mereka, akan menyelamatkan mereka pada hari itu; seperti kawanan domba umat‑Nya itu, sungguh, mereka seperti permata-permata mahkota yang berkilap-kilap, demikianlah mereka di tanah Tuhan." Zakharia 9:15, 16.

No comments:

Post a Comment