Selama abad pertama dari
Tarikh Kristen, Korintus adalah salah satu kota yang terkenal, bukan saja dari
Yunani, tetapi dari dunia. Orang‑orang Yunani, Yahudi dan Roma, dengan
pelancong dari tiap‑tiap negeri, memenuhi jalan‑jalan berusaha dan senang
kepelesiran. Suatu pusat perdagangan yang besar, terletak pada jalan yang mudah
terjangkau dari seluruh bagian Kerajaan Roma, itulah suatu tempat yang penting
untuk mendirikan tugu‑tugu peringatan bagi Allah dan kebenaran‑Nya. Di antara
orang‑orang Yahudi yang telah menetap di Korintus adalah Akwila dan Priskila,
yang kemudian menjadi terkenal sebagai pekerja yang sungguh‑sungguh bagi
Kristus. Setelah berkenalan dengan tabiat orang‑orang ini; Paulus "tinggal
dengan mereka."
Pada permulaan pekerjaannya
pada arus lalu lintas yang ramai, Paulus melihat di segala bidang halangan yang
serius kepada kemajuan pekerjaannya. Kota itu hampir seluruhnya diserahkan
kepada penyembahan berhala. Venus adalah dewi kenamaan, penyembahan kepada Venus
dihubungkan dengan berbagai acara dan upacara yang merendahkan akhlak. Orang‑orang
Korintus menjadi sangat nyata, malahan di antara orang‑orang kafir, untuk
kebejatan mereka yang mencolok. Mereka tampaknya mempunyai sedikit pemikiran
atau perhatian di luar kepelesiran dan saat yang menggembirakan.
Dalam mengkhotbahkan Injil
di Korintus, rasul itu mengikuti jalan yang berbeda dari apa yang ditandai oleh
pekerjaannya di Atena.
Sementara di tempat
selanjutnya, ia telah mencoba menyesuaikan
(Pelajaran ini berdasarkan
Kisah Rasul‑rasul 18:1‑18)
gayanya dengan tabiat orang
banyak; ia telah menemui logika dengan logika, ilmu pengetahuan dengan ilmu
pengetahuan, filsafat dengan filsafat. Sementara ia memikirkan tentang waktu
yang digunakan seperti itu, ia menyadari bahwa pengajarannya di Atena sangat
berhasil, tetapi sedikit sekali buahnya, ia mengambil keputusan untuk mengikuti
rencana pekerjaan yang lain di Korintus dalam usahanya untuk menarik perhatian
orang‑orang yang tidak memperhatikan dan bersikap acuh tak acuh. Ia mengambil
keputusan untuk menghindarkan perbantahan dan perbincangan yang rumit dan
"tidak mengetahui apa‑apa" di antara orang Korintus "selain
Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan." Ia mau mengkhotbahkannya kepada
mereka "tidak kusampaikan dengan kata‑kata hikmat yang meyakinkan, tetapi
dengan keyakinan akan kekuatan Roh." 1 Korintus 2:2, 4.
Yesus, yang hampir
dipersembahkan oleh Paulus di hadapan orang Yunani di Korintus sebagai Kristus,
adalah seorang Yahudi yang rendah keturunannya, dibesarkan dalam sebuah kota
yang terkenal kejahatannya. Ia telah ditolak oleh bangsanya sendiri dan pada
akhirnya disalibkan sebagai seorang penjahat. Orang‑orang Yunani percaya bahwa
memang perlu mengangkat martabat manusia, tetapi mereka menganggap pelajaran
filsafat dan ilmu pengetahuan sebagai satu‑satunya alat untuk mencapai
ketinggian dan kehormatan yang benar. Dapatkah Paulus memimpin mereka untuk
percaya bahwa iman dalam kuasa orang Yahudi yang tidak jelas ini akan
meninggikan dan memuliakan tiap‑tiap kuasa manusia?
Kepada pikiran orang‑orang
banyak yang hidup pada waktu sekarang, salib di Kalvari dikelilingi oleh
pikiran‑pikiran yang suci. Pergaulan yang disucikan dihubungkan dengan
pemandangan penyaliban. Pada zaman Paulus salib itu dipandang dengan perasaan
menjijikkan dan ketakutan. Untuk menjunjung tinggi Juruselamat manusia, seorang
yang telah menemui kematian di kayu salib, akan dengan sendirinya menimbulkan
tertawaan dan pertentangan. Paulus
mengetahui bagaimana pekabarannya akan dianggap oleh orang‑orang Yahudi dan
orang‑orang Yunani di Korintus. "Kami memberitakan Kristus yang
disalibkan," ia mengakui, "untuk orang‑orang Yahudi suatu batu
sandungan dan untuk orang‑orang bukan Yahudi suatu kebodohan." 1 Korintus
1:23. Di antara pendengar‑pendengarnya yang bukan Yahudi ada banyak yang akan
menjadi marah oleh pekabaran yang hampir akan dimasyhurkannya. Dalam penilaian
orang‑orang Yunani perkataan akan dianggap bodoh semata‑mata. Ia akan dianggap
sebagai lemah pikirannya untuk mencoba menunjukkan bagaimana salib itu dapat
mempunyai sesuatu hubungan dengan yang ditinggikan bangsa itu atau demi
keselamatan manusia.
Tetapi kepada Paulus salib
itu adalah tujuan utama. Sejak ia ditawan dalam pekerjaannya dalam menganiaya
pengikut‑pengikut orang Nazaret yang disalibkan ia tidak pernah berhenti untuk
memuliakan salib. Pada waktu itu telah diberikan kepadanya suatu kenyataan
tentang kasih Allah yang tak terbatas, sebagaimana dinyatakan dalam kematian
Kristus; dan suatu perubahan yang mengherankan telah dikerjakan dalam hidupnya,
membawa semua rencana dan maksudnya selaras dengan surga. Sejak itu ia adalah
seorang yang baru dalam Kristus. Ia mengetahui oleh pengalaman pribadi bahwa
bila orang berdosa sekali memandang kasih Allah, sebagaimana yang kelihatan
dalam pengorbanan Anak‑Nya, dan menyerahkan diri kepada pengaruh Ilahi, suatu
perubahan hati terjadi, dan mulai saat itu Kristus menjadi segala perkara dan
dalam segala perkara.
Pada waktu pertobatannya,
Paulus diilhami dengan suatu kerinduan yang berkepanjangan untuk menolong
sesamanya memandang Yesus orang Nazaret sebagai Anak Allah yang hidup, berkuasa
mengubahkan dan menyelamatkan. Sebab itu seluruh hidupnya diserahkan kepada
suatu usaha untuk melukiskan kasih dan kuasa Seorang Yang Tersalib. Hati‑Nya
yang penuh simpati menembusi semua golongan. "Aku berutang," katanya,
"baik kepada orang Yunani maupun kepada orang bukan Yunani, baik kepada
orang yang terpelajar, maupun kepada orang tidak terpelajar." Roma 1:14.
Kasih untuk kemuliaan Tuhan, yang telah dianiaya dengan begitu kejam dalam diri
orang‑orang suci‑Nya, adalah prinsip dari kuasa perilaku dan motifnya yang
mendesak. Jika pernah semangatnya dalam jalan kewajiban menjadi kendur, satu
penglihatan pada kayu salib dan kasih yang mengherankan yang dinyatakan di
sana, sudah cukup untuk menyiapkan diri bertindak lewat pikirannya dan maju
pada jalan penyangkalan diri.
Lihatlah rasul itu
berkhotbah di rumah sembahyang di Korintus, mengambil pertimbangan dari tulisan
Musa dan nabi‑nabi, dan membawa para pendengarnya kepada kedatangan Mesias yang
dijanjikan. Dengarkanlah sementara ia menjelaskan pekerjaan Penebus sebagai
imam besar manusia, Seorang yang melalui pengorbanan Dirinya sendiri harus
mengadakan penebusan dosa sekali untuk semua, dan sesudah itu harus menanggung
pelayanan‑Nya dalam bait suci di surga. Pendengar‑pendengar Paulus telah
dijelaskan bahwa kedatangan Mesias untuk mereka yang telah merindukan, sudah
datang; bahwa kematian‑Nya adalah korban sebenarnya yang menghapuskan semua
korban‑korban tebusan, dan pelayanan‑Nya dalam bait suci di surga adalah tujuan
yang besar yang meninggalkan bayang‑bayangnya ke belakang dan menjelaskan
pelayanan keimamatan Yahudi.
Paulus "memberi
kesaksian kepada orang‑orang Yahudi, bahwa Yesus adalah Mesias." Menurut
tulisan Perjanjian Lama ia menunjukkan bahwa menurut nabi‑nabi dan pengharapan
yang umum dari orang Yahudi, Mesias haruslah dari keturunan Abraham dan Daud;
kemudian ia menyusut keturunan Yesus dari bapa Abraham sampai kepada pemazmur kerajaan.
Ia membaca kesaksian nabi‑nabi mengenai tabiat dan pekerjaan Mesias yang
dijanjikan, dan penerimaan dan perlakuan‑Nya di atas dunia; lalu ia menunjukkan
bahwa segala nubuatan ini telah digenapi dalam kehidupan pelayanan, dan
kematian Yesus dari Nazaret itu.
Paulus menunjukkan bahwa
Kristus telah datang untuk memberikan keselamatan, pertama kepada segala bangsa
yang sedang menunggu kedatangan Mesias sebagai pewujudan dan kemuliaan
kehidupan bangsa mereka sendiri. Tetapi bangsa itu telah menolak Dia yang dapat
memberikan kehidupan kepada mereka, dan telah memilih pemimpin yang lain, yang
pemerintahannya akan berakhir dalam kematian. Ia berusaha hendak menjelaskan
kepada para pendengarnya kenyataan bahwa pertobatan saja sudah cukup untuk
menyelamatkan bangsa Yahudi dari kebinasaan yang akan datang. Ia menyatakan
kebodohan mereka mengenai arti tulisan itu yang menjadi kebanggaan dan
kemuliaan mereka yang utama yang mereka harus mengerti sepenuhnya. Ia menegur
sifat keduniawian mereka, kasih mereka akan kedudukan, gelar, dan pertunjukan,
dan sangat mengasihi diri sendiri.
Dalam kuasa Roh, Paulus
menceritakan pertobatannya sendiri yang ajaib dan tentang kepercayaannya kepada
tulisan Perjanjian Lama yang telah digenapi sepenuhnya dalam Yesus orang
Nazaret. Perkataannya diucapkan dengan sungguh‑sungguh, dan para pendengarnya
tak dapat melihat bahwa ia mengasihi dengan segenap hati Juruselamat yang sudah
disalibkan dan bangkit itu. Mereka melihat bahwa pikirannya dipusatkan dalam
Kristus, bahwa segenap hidupnya terikat dengan Tuhan. Perkataannya sangatlah
berkesan, sehingga hanya mereka yang dipenuhi dengan kebencian yang paling
pahit terhadap agama Kristen dapat berdiri dengan tak tergoyahkan oleh
perkataan‑perkataan itu.
Tetapi orang‑orang Yahudi
di Korintus menutup mata mereka kepada bukti yang sudah dikemukakan dengan
jelas oleh rasul itu, dan enggan mendengar panggilannya. Roh yang sama yang
telah memimpin mereka untuk menolak Kristus, mengisi mereka dengan kemarahan
terhadap hamba‑Nya; dan kalau Allah tidak menjaga Dia, supaya ia boleh
meneruskan untuk membawa pekabaran Injil kepada orang kafir, mereka tentu telah
mengakhiri hidupnya.
"Tetapi ketika orang‑orang
itu memusuhi dia dan menghujat, ia mengebaskan debu dari pakaiannya dan berkata
kepada mereka itu: 'Biarlah darahmu tertumpah ke atas kepalamu sendiri; aku
bersih, tidak bersalah. Mulai dari sekarang aku akan pergi kepada bangsa‑bangsa
lain.' Maka keluarlah ia dari situ, lalu datang ke rumah seorang bernama Titus
Yustus, yang beribadah kepada Allah, dan yang rumahnya berdampingan dengan
rumah ibadat."
Silas dan Timotius telah
"datang dari Makedonia" untuk menolong Paulus, dan bersama‑sama
mereka bekerja untuk orang‑orang kafir. Kepada orang kafir, sebagaimana kepada
orang Yahudi, Paulus dan sahabat‑sahabatnya mengkhotbahkan Kristus sebagai
sahabat umat yang telah jatuh. Mencegah alasan yang sulit dan dibuat‑buat,
pesuruh‑pesuruh salib itu merenungkan sifat‑sifat Khalik segenap dunia,
Penghulu yang Tertinggi dari seluruh dunia. Hati mereka berapi‑api dengan kasih
Allah dan Anak‑Nya, mereka berseru kepada orang‑orang kafir untuk memandang
korbannya yang tak terbatas yang diadakan untuk kepentingan manusia. Mereka
mengetahui bahwa jika mereka yang telah lama meraba‑raba dalam kegelapan
kekafiran dapat melihat terang yang bersinar dari salib di Kalvari, mereka
dapat ditarik kepada Penebus. "Apabila Aku ditinggikan dari bumi,"
Juruselamat menjelaskan, "Aku akan menarik semua orang datang kepada‑Ku."
Yohanes 12:32.
Pekerja‑pekerja Injil di
Korintus menyadari bahaya mengerikan yang mengancam jiwa‑jiwa dari orang‑orang
untuk siapa mereka sedang bekerja; dan adalah dengan perasaan tanggung jawab
yang ada pada mereka sehingga mereka mengemukakan kebenaran sebagaimana yang
ada dalam Yesus. Terang, jelas, dan pasti adalah pekabaran mereka, kesedapan
hidup kepada hidup, atau kematian kepada kematian. Dan bukan saja dalam
perkataan mereka, tetapi dalam kehidupan sehari‑hari Injil itu dinyatakan.
Malaikat‑malaikat bekerja sama dengan mereka, dan anugerah dan kuasa Allah
ditunjukkan dalam pertobatan banyak orang. "Tetapi Kristus, kepala rumah
ibadat itu, menjadi percaya kepada Tuhan bersama‑sama dengan seisi rumahnya,
dan banyak dari orang‑orang Korintus, yang mendengarkan pemberitaan Paulus,
menjadi percaya dan memberi diri mereka dibaptis."
Kebencian dengan mana orang‑orang
Yahudi selalu tujukan kepada rasul sekarang semakin hebat. Pertobatan dan
baptisan Kristus membawa akibat yang menjengkelkan gantinya meyakinkan
penentang‑penentang yang melawan ini. Mereka tidak dapat membawa alasan‑alasan
untuk membantah khotbah Paulus, dan karena kekurangan bukti seperti itu mereka
mengambil jalan penipuan dan serangan yang membahayakan. Mereka menghinakan
Injil dan nama Yesus. Dalam kemarahan mereka yang buta tak ada perkataan yang
terlalu pahit, tak ada alat yang terlalu rendah, untuk mereka gunakan. Mereka
tidak dapat menyangkal bahwa Kristus telah melakukan mukjizat‑mukjizat; tetapi
mereka menyatakan bahwa Ia telah melaksanakannya dengan kuasa Setan; mereka
dengan berani menegaskan bahwa perbuatan yang ajaib yang dikerjakan oleh Paulus
telah dilaksanakan oleh alat yang serupa.
Meskipun Paulus mempunyai
banyak kemajuan di Korintus, namun kejahatan yang dilihatnya dan didengarnya
dalam kota yang bejat itu hampir menawarkan hatinya. Kebejatan yang
disaksikannya di antara orang kafir, dan penghinaan dan olokan yang diterimanya
dari orang Yahudi, menyebabkan dia sangat bersedih hatinya. Ia menyangsikan
kebijaksanaan untuk berusaha mendirikan sebuah sidang dari bahan yang didapatinya
di sana.
Sementara ia merencanakan
untuk meninggalkan kota itu untuk mendapat ladang yang lebih menguntungkan, dan
mencoba dengan sungguh‑sungguh untuk mengerti kewajibannya, Tuhan menunjukkan
kepadanya dalam khayal dan berkata, "Jangan takut! Teruskanlah
memberitakan firman dan jangan diam! Sebab Aku menyertai engkau dan tidak ada
seorang pun yang akan menjamah dan menganiaya engkau, sebab banyak umat‑Ku di
kota ini." Paulus mengerti bahwa inilah suatu perintah untuk tinggal di
Korintus dan suatu jaminan bahwa Tuhan akan memberi pertambahan kepada benih
yang ditaburkan. Dikuatkan dan diberi keberanian, ia meneruskan untuk bekerja
di sana dengan semangat dan ketabahan.
Usaha rasul tidak dibatasi
kepada berbicara secara umum; ada banyak yang tidak dapat dicapai dengan cara
ini. Ia menggunakan banyak waktu dalam pekerjaan dari rumah ke rumah, dengan
demikian mengambil manfaat dari pergaulan yang rapat dari lingkungan keluarga.
Ia melawat yang sakit dan berduka, menghiburkan yang dirundung malang, dan
mengangkat yang tertindas. Dan dalam segala sesuatu yang dikatakan dan
diperbuatnya ia memuliakan nama Yesus. Demikianlah ia bekerja, "dalam
kelemahan dan dengan sangat takut dan gentar." 1 Korintus 2:3. Ia gemetar
jangan‑jangan pengajarannya menyatakan kesan manusia lebih daripada Ilahi.
"Sungguhpun demikian
kami memberitakan hikmat di kalangan mereka yang telah matang," Paulus
mengatakan sesudah itu; "yaitu hikmat yang bukan dari dunia ini, dan yang
bukan dari penguasa‑penguasa dunia ini, yaitu penguasa‑penguasa yang akan
ditiadakan. Tetapi yang kami beritakan ialah hikmat Allah yang tersembunyi dan
rahasia, yang sebelum dunia dijadikan, telah disediakan Allah bagi kemuliaan
kita. Tidak ada dari penguasa dunia ini yang mengenalnya, sebab kalau sekiranya
mereka mengenalnya, mereka tidak menyalibkan Tuhan yang mulia. Tetapi seperti
ada tertulis: 'Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah
didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia:
semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia.' Karena kepada
kita Allah telah menyatakannya oleh Roh, sebab Roh itu menyelidiki segala
sesuatu, bahkan hal‑hal yang tersembunyi dalam diri Allah. Siapa gerangan di
antara manusia yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri manusia selain roh
manusia sendiri yang ada di dalam dia? Demikian pulalah tidak ada orang yang
tahu, apa yang terdapat di dalam diri Allah selain Roh Allah.
"Kita tidak menerima
Roh dunia, tetapi roh yang berasal dari Allah, supaya kita tahu, apa yang
dikaruniakan Allah kepada kita. Dan karena kami menafsirkan hal‑hal rohani
kepada mereka yang mempunyai Roh, kami berkata‑kata tentang karunia‑karunia
Allah dengan perkataan yang bukan diajarkan kepada kami oleh hikmat manusia,
tetapi oleh Roh." 1 Korintus 2:6‑13.
Paulus menyadari bahwa
kecukupannya bukannya pada dirinya sendiri, tetapi dalam kehadiran Roh Kudus,
pengaruhnya yang sangat ramah memenuhi hatinya, membawa tiap‑tiap pikiran
takluk kepada Kristus. Ia berbicara tentang dirinya sendiri sebagai
"senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan
Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami." 2 Korintus 4:10. Dalam
pengajaran‑pengajaran rasul itu Kristus menjadi pusat. "Aku hidup,"
ia menyatakan, "tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup di dalam
aku." Galatia 2:20. Diri sendiri disembunyikan; Kristus dinyatakan dan
ditinggikan.
Paulus adalah seorang
pembicara yang fasih. Sebelum pertobatannya ia sering mencoba mengesankan para
pendengarnya tentang fasihnya ia berpidato. Tetapi sekarang ia mengesampingkan
segala perkara ini. Gantinya menurutkan lukisan sastra dan gambaran yang aneh,
yang dapat menyenangkan perasaan dan memberi makan kepada angan-angan, tetapi
tidak akan menjamah pengalaman sehari‑hari, Paulus berusaha dengan menggunakan
bahasa yang sederhana untuk menjelaskan kepada hati akan kebenaran‑kebenaran
yang sangat penting. Gambaran yang aneh akan kebenaran boleh menyebabkan
kegembiraan perasaan yang luar biasa, tetapi terlalu sering kebenaran yang
dipersembahkan dengan jalan ini tidak mencukupi makanan yang perlu untuk
menguatkan dan meneguhkan orang‑orang percaya untuk pertempuran kehidupan.
Keperluan‑keperluan yang segera, ujian‑ujian yang sekarang, dari jiwa‑jiwa yang
bergumul, hal ini harus dipenuhi dengan nasihat yang sehat dan praktis di dalam
prinsip‑prinsip dasar Kekristenan.
Usaha‑usaha Paulus di
Korintus tidaklah sia‑sia. Banyak yang berbalik dari perbaktian ilah‑ilah untuk
menyembah Allah yang benar, dan sidang yang besar terdaftar di bawah panji
Kristus. Beberapa orang diluputkan dari antara orang kafir yang tersebar dan
menjadi tugu‑tugu kepada kemurahan Allah dan kemanjuran darah Kristus untuk
menghapuskan dosa.
Kemajuan yang bertambah‑tambah
yang dimiliki Paulus dalam mengabarkan pekabaran Kristus, membangkitkan orang‑orang
Yahudi yang tidak percaya kepada pertentangan yang lebih sengit. Mereka bangkit
dalam suatu tubuh dan "bersama‑sama melawan Paulus, lalu membawa dia ke
depan pengadilan" Galio, yang menjadi gubernur di Akhaya. Mereka
mengharapkan bahwa penguasa‑penguasa, seperti pada kesempatan‑kesempatan yang
dulu, akan berpihak dengan mereka; dan dengan suara yang nyaring dan marah‑marah
mereka mengucapkan pengeluhan mereka terhadap rasul itu, dengan mengatakan,
"Ia ini berusaha meyakinkan orang untuk beribadah kepada Allah dengan
jalan yang bertentangan dengan hukum Taurat."
Agama Yahudi adalah di
bawah perlindungan kuasa Roma, dan penuduh‑penuduh Paulus berpikir bahwa jika
mereka dapat menguatkan tuduhan kepadanya tentang melanggar undang‑undang agama
mereka, ia mungkin akan diserahkan kepada mereka untuk diadili dan dijatuhi
hukuman. Dengan demikian mereka mengharapkan untuk melaksanakan kematiannya.
Tetapi Galio adalah seorang yang tulus hatinya, ia enggan menjadi korban orang
Yahudi yang cemburuan dan mempunyai tipu daya itu. Jijik dengan kefanatikan dan
merasa diri benar, ia tidak akan menaruh perhatian pada tuduhan itu. Sementara
Paulus bersedia berbicara untuk mempertahankan dirinya, Galio mengatakan
kepadanya bahwa itu tidak perlu. Kemudian sambil berbalik kepada para penuduh
yang marah, ia berkata, "Hai orang‑orang Yahudi, jika sekiranya dakwaanmu
mengenai suatu pelanggaran atau kejahatan, sudah sepatutnya aku menerima perkaramu,
tetapi kalau hal itu adalah perselisihan tentang perkataan atau nama atau hukum
yang berlaku di antara kamu, maka hendaklah kamu sendiri mengurusnya; aku tidak
rela menjadi hakim atas perkara yang demikian. Lalu ia mengusir mereka dari
ruang pengadilan."
Baik orang‑orang Yahudi
maupun orang‑orang Yunani dengan tidak sabar menunggu keputusan Galio; dan
segera membubarkan pengadilan itu, sebagai sesuatu yang tidak mempunyai
hubungan kepada minat umum, adalah tanda bagi orang‑orang Yahudi untuk
berhenti, bingung dan marah. Jalan gubernur yang jelas itu membuka mata orang
banyak yang ribut‑ribut yang telah bersekongkol dengan orang‑orang Yahudi.
Untuk kali yang pertama selama pekerjaan Paulus di Eropa, orang banyak berpihak
kepadanya; di bawah penglihatan gubernur, dan tanpa campur tangan dari dia,
mereka menyerang dengan kekerasan yaitu penuduh‑penuduh rasul yang paling
terkemuka. "Maka orang itu semua menyerbu Sostenes, kepala rumah ibadat,
lalu memukulinya di depan pengadilan itu; tetapi Galio sama sekali tidak
menghiraukan hal itu." Dengan demikian Kekristenan mendapat tanda
kemenangan.
"Paulus tinggal
beberapa hari lagi di Korintus." Jika rasul itu pada waktu ini dipaksa
meninggalkan Korintus, orang‑orang yang bertobat kepada iman Yesus akan
ditempatkan pada kedudukan yang berbahaya. Orang‑orang Yahudi akan berusaha
mengikuti keuntungan yang dicapai, malahan sampai kepada pembasmian orang‑orang
Kristen di daerah itu.
No comments:
Post a Comment